Selasa, 29 Mei 2012

Tega, Ibu Ini Jual Anak Gadisnya untuk Bayar Utang


Sabtu, 26 Mei 2012 20:00 wib wib
(Hari Istiawan/Okezone)

BATU – Perilaku Sutiani (32), seorang ibu yang tinggal di Jalan Raya Candi, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang, ini tak patut ditiru. Ia tega menjual anaknya sendiri FA (15), kepada pria hidung belang dengan harga Rp150 ribu.

Ia ditangkap saat saat melakukan transaksi dan anaknya siap melayani pria hidung belang di sebuah villa di Kota Batu, pada Kamis (26/5) malam lalu. Sutiani  telah ditetapkan sebagai tersangka dengan dugaan telah melanggar pasal 296 KUHP dan atau Pasal 2 UU RI No 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Djoko Purwanto, mengatakan, Sutiani sudah menerima uang dari lelaki hidung belang, dan ketika ditangkap anaknya sudah siap-siap melayani lelaki itu di dalam villa.

"Dia telah terima uang Rp150 ribu, dan uangnya sudah kami jadikan barang bukti," kata Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Djoko Purwanto, Sabtu (26/5/2012).

Dari keterangan Sutiani diperoleh keterangan, ada orang yang mengaku bernama Eko mengajaknya kencan, dan pria itu mengaku hanya minta Sutiani menemani minum-minum. Ia pun dijumput oleh Eko, tapi ternyata Eko membawa teman-temannya yang kemudian mengajaknya ke salah satu villa di Kota Batu.

Di villa tersebut mereka kemudian melakukan transaksi. Tarif yang dikenakan untuk kencan bersama FA adalah Rp400 ribu, sedangkan kencan bersama Sutiani cukup Rp200 ribu. Sesampai di villa, dua laki-laki itu tak langsung melunasi pembayaran, namun memberikan Rp150 ribu sebagai uang muka.

Menurut keterangan Sutiani, dirinya tidak hanya sekali ini saja menjual anaknya. Ia mengaku terpaksa melakukannya karena membutuhkan uang sekira Rp2,5 juta untuk membayar utang.

Arca Manusia Berwajah Kera Ditemukan


Minggu, 27 Mei 2012 22:17 wib wib
Arca yang ditemukan di Kauman, Tulungagung (Foto: Koran SI/Solichan Arif)

TULUNGAGUNG - Arca bersosok manusia yang terukir dengan rupa seekor kera ditemukan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Kedua bola matanya melotot besar dengan mulut yang menyeringai lebar, seolah sengaja memamerkan sebarisan gigi geraham dan taringnya yang tajam.

Ada motif rambut yang menggimbal pada bagian kepala, terjuntai tak beraturan hingga menutupi kedua telinga. Posisinya berdiri tegak dengan sikap siaga, serupa pose arca Dwarapala, penjaga pintu gerbang kompleks percandian.

Arca setinggi 75 sentimeter dan lebar 50 sentimeter itu ditemukan tujuh meter di dalam tanah.

Belum diketahui pasti, apakah arca tersebut merupakan Anoman, yang dalam epik Ramayana disebut Kstaria dari Padepokan Kendalisada. Mungkin juga Sugriwa, paman Anoman, tokoh protagonis Raja Kera Gua Kiskenda yang dalam kisah “Rama Tambak” membantu Sri Rama untuk membawa kembali Dewi Shinta dari cengkraman Raja Alengka Rahwana.

Yang pasti tidak ada ukiran kain poleng (motif kotak hitam putih) di antara kaki sebagaimana ciri khusus Sang Kera Putih. Juga tidak ada mahkota raja bertengger sebagaimana tanda kebesaran Raja Sugriwa.

Arca yang relatif kecil tersebut terbuat dari batu berwarna coklat, sedikit merah dan cenderung kehitaman. Melihat sifatnya yang lebih lunak, tentunya bukan sejenis batu cadas andesit seperti halnya arca di kompleks Candi Hindu Siwa di masa Kerajaan Mataram Kuno abad ke-8 Prambanan, Jawa Tengah, atau Candi Budha peninggalan Wangsa Sanjaya (Borobudur) 856 M di Muntilan.

Jasmuni (58) dan anaknya, Kurnawan (27) yang kali pertama menemukan arca kera tersebut di balik reruntuhan lokasi penggalian batu dan pasir di Dusun Krajan, Desa Pucangan, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung.

Lahan tersebut merupakan pertambangan pasir dan batu yang bersebelahan dengan Sungai Song yang bermata air dari Gunung Wilis.

“Saat itu kami langsung curiga, jangan-jangan itu sebuah arca,“ tutur Jasmuni, Minggu (27/5/2012).

Karena takut logam linggis akan merusak, Jasmuni dan Kunawan menggunakan mengeruk pasir menggunakan tangan mereka.

Untuk alasan keamanan, arca Wanara tersebut dibawa ke Polsek Kauman. Penemuan benda purbakala tersebut bukan kali pertama di daerah itu.

Pada 2010, seorang pencari batu, Mujiono, lebih dulu menemukan arca Dewi Parwati atau istri Dewa Siwa yang memiliki empat tangan. Ukuranya lebih besar, yalni tinggi dan lebar sekira 130 sentimeter.

“Lokasi penemuan itu berjarak sekitar 30 meter dari lokasi penemuan arca kera ini,” tutur Mujiono di kesempatan yang sama. Arca istri Dewa Siwa tersebut juga terpendam di dalam tanah di kedalaman tak jauh berbeda.

Karena berada terlalu lama di dalam tanah, patung perwujudan Ratu Majapahit itu mengalami kerusakan di wajah. Arca itu sekarang berada di Museum Tulungagung.

Teringat Kampung Halaman, Korban Lumpur Menangis

Selasa, 29 Mei 2012 13:27 wib wib

Poster berisi kecaman terhadap PT Lapindo Brantas (foto: Abdul Rouf/ Koran SI)

SIDOARJO - Peringatan enam tahun semburan lumpur Lapindo dilakukan para warga asal Desa Renokenongo, Siring, Jatirejo, dan Kedungbendo di tanggul titik 25, Desa Jatirejo. Mereka menggelar doa bersama meminta agar permasalahan lumpur segera diselesaikan.

Korban lumpur yang tergabung dalam Perpes 14 Tahun 2017 tersebut sampai saat ini belum menerima pelunasan ganti rugi. Padahal, desa mereka yang kali pertama diterjang lumpur panas.

Ganti rugi mereka ditanggung oleh Lapindo Brantas Inc. Dari sekira 13.324 berkas pembayaran, 80 persen sampai sekarang belum tuntas. Untuk melunasi pembayaran aset korban warga, pihak Lapindo harus menyediakan dana sekira Rp900 miliar.

Lapindo melalui anak perusahaannya, PT Minarak Lapindo Jaya (Minarak), baru sanggup menyediakan Rp400 miliar yang rencananya akan dibagikan Juni mendatang. Sedangkan sisanya, Rp500 miliar, belum ada kejelasan kapan akan diberikan. "Kami berharap agar pelunasan warga korban lumpur segera bayarkan," ujar koordinator korban lumpur, Khoirul Huda, Selasa (29/5/2012).

Sejak pagi, korban lumpur memenuhi tanggul titik 25 mereka kemudian berdoa bersama dilanjutkan potong tumpeng sebagai tanda peringatan enam tahun semburan lumpur. Para ibu tak kuasa membendung air mata saat ulama setempat, KH. Abdul Fatah, membacakan doa.

Sunarti, korban lumpur asal Jatirejo mengaku teringat kampung halamannya. "Di bawah hamparan lumpur ini dulu saya dilahirkan. Enam tahun sudah kami terusir dari tanah kelahiran," ujarnya.

Ribuan korban lumpur yang terdiri dari laki-laki dan perempuan itu duduk bersila dengan alas terpal beratapkan asbes. Lokasi tanggul titik 25 cukup luas, karena merupakan tempat untuk memantau lumpur terdekat dengan pusat semburan.

Tanggul titik 25, bisa dikatakan merupakan tanggul VIP, karena setiap ada kunjungan pejabat, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyoni, beberapa waktu lalu juga mendatangi lokasi itu.

Sebenarnya, tidak sembarang orang bisa masuk ke tanggul VIP itu tanpa seizin dari BPLS. Namun, lebih dari sebulan tanggul itu dikuasai korban lumpur asal empat desa yang menuntut pelunasan ganti rugi

Pesan Jakmania untuk Calon DKI I: No Stadium, No Vote


Minggu, 27 Mei 2012 17:08 wib wib
Spanduk pesan untuk cagub DKI dari The Jak (Foto: Okezone/Fitra Iskandar)

JAKARTA - Suporter Persija Jakarta atau The Jakmania mengirim pesan tegas bagi para calon gubernur yang menginginkan suara mereka. Jika ingin didukung, para calon DKI 1 itu harus bisa meyakinkan The Jak bahwa mereka akan membangun stadion baru untuk Macan Kemayoran.

Pesan itu dipampang The Jak di Sektor 14 Stadion Gelora Bung Karno saat laga Persija versus Persib Bandung, Minggu (27/5/2012) sore.

“DKI 1: No stadium, no vote," demikian tertulis dalam spanduk besar itu.

Persija selama ini tidak memiliki stadion sendiri dan selalu meminjam Gelora Bung Karno untuk menjamu lawan-lawan mereka. Sebelumnya, tim Ibu Kota ini menjadikan Stadion Lebak Bulus sebagai markas, namun dua musim terakhir stadion tersebut tidak digunakan lagi karena dianggap kurang layak. Apalagi stadion itu rencananya akan diruntuhkan untuk fasilitas pengembangan sistem transportasi DKI.

Tidak heran jika The Jak begitu mengidam-idamkan stadion sendiri yang bisa menjadi markas kebanggaan.

Saat Persija melakoni laga di Solo beberapa waktu lalu karena tidak bisa menggunakan Gelora Bung Karno, mereka sempat didatangi Jokowi, calon Gubernur DKI yang juga Wali Kota Solo. Ketika itu, The Jak secara langsung menyampaikan harapan kepada Jokowi untuk membangunkan stadion jika dia menang. Jokowi pun menanggapi santai, bahwa itu perkara mudah sebab DKI sebenarnya memiliki anggaran asal DPRD menyetujuinya.

Di luar itu, suporter Persija memang menarik didekati para cagub karena memiliki massa yang besar. Itu pun sudah ditangkap oleh para cagub. Di pertandingan sore hari ini, Hidayat Nurwahid (HNW) dan Didiek Rachbini, cagub-cawagub dari PKS mengenakan kaus orange menyempatkan hadir di tengah-tengah lautan The Jak.

The Jak memang menggoda para cagub untuk datang dan menarik simpati mereka langsung dari stadion.

Spanduk "DKI 1: No Stadium, No vote," akhirnya diturunkan The Jak saat pertandingan dimulai. Spanduk itu menghalangi pandangan penonton yang berdiri dekat pagar tempat spanduk itu dibentangkan.
(ton)

Jokowi-Ahok Tetap Yakin Menang Satu Putaran


Senin, 28 Mei 2012 19:14 wib wib
Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Foto: Dok Okezone)
JAKARTA - Hasil jajak pendapat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mencatat kenaikan cukup signifikan pada elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Elektabilitas Jokowi-Ahok naik dari 14,4 persen pada Maret menjadi 20,9 persen di bulan Mei 2012. Namun demikian, peneliti LSI, Toto Izzul Fatah menyatakan, pasangan ini hanya bisa memaksa pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli untuk melangsungkan Pemilukada dua putaran.

"Jokowi-Ahok hanya bisa memaksakan Foke-Nara dua putaran," ungkapnya saat dihubungi wartawan, Senin (28/5/2012).

Menanggapi hal itu, Ahok mengaku tidak terlalu percaya dengan hasil polling sebab politik tidak bisa dirumuskan secara linier. Menurut Ahok, bisa saja pasangannya memenangkan pertarungan dalam satu putaran.

"Bisa saja semua beda dengan survei karena Jakarta komunikasi sangat mudah," ungkap Ahok dalam pesan singkatnya. Dia pun yakin bisa mengubah tingkat keterpilihan dirinya bersama Joko Widodo. Tinggal bagaimana keduanya bisa lebih mendekatkan diri kepada akar rumput.

"Isu-isu apapun bisa ubah keadaan. Kami tetap target satu putaran," tegas dia. Ahok merujuk pada penurunan tingkat keterpilihan calon gubernur incumbent Fauzi Bowo (Foke) dari 49,1 persen ke 43,3 persen.
(ded)